id line : nugizati/email: mnzati@gmail.com

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Minggu, 02 Juli 2017

BIMBINGAN KONSELING

BIMBINGAN KONSELING

Pengertian Bimbingan dan Konseling

Secara etimologis, bimbingan dan konseling terdiri atas dua kata, yaitu “bimbingan” (terjemahan dari kata “guidance”) dan “konseling” (diadopsi dari kata “conseling”). Dalam praktik, bimbingan dan konseling merupakan satu kesatuan kegiatan yang tidak terpisahkan. Keduanya merupakan bagian yang integral. 

bimbingan

Seperti disebut diatas bahwa, “bimbingan” merupakan terjemahan dari kata “guidance” dari kata dasar “guide” yang berarti menunjukkan jalan (showing the way), memimpin (leading), memberikan petunjuk (giving instruction), mengatur (regulating), mrngarahkan (governing), dan memberi nasihat (giving advice) (Winkel, 1991).
Istilah “guidance”, juga diterjemahkan dengan arti bantuan dan tuntunan. Ada juga yang menerjemahkan dengan arti pertolongan. Jadi secara etimologis, bimbingan dan konseling berarti bantuan dan tuntunan atau pertolongan, tetapi tidak semua bantuan, tuntunan atau pertolongan berarti konteksnya bimbingan.

konseling

Istilah konseling diadopsi dari bahasa Inggris “conseling” didalam kamus artinya dikaitkan dengan “counsel” memiliki beberapa arti, yaitu nashiat (to obtain consel), anjuran (to give counsel) dan pembicaraan (to take counsel). Berdasarkan arti diatas, konseling secara etimologis berarti pemberian nasihat, anjuran dan pembicaraan dengan bertukar pikiran.
(Mortensen, 1994) menyatakan bahwa konseling merupakan proses hubungan antar pribadi dimnana orang yang satu yang membantu yang lainnya untuk meningkatkan pemahaman dan kecakapan menemukan masalahnya.

Tujuan

-Bimbingan konseling akan membuat diri kita merasa lebih baik, merasa lebih bahagia, tenang dan nyaman karena bimbingan konseling tersebut membantu kita untuk menerima setiap sisi yang ada di dalam diri kita.
-Bimbingan konseling juga membantu menurunkan bahkan menghilangkan tingkat tingkat stress dan depresi yang kita alami karena kita dibantu untuk mencari sumber stress tersebut serta dibantu pula mencari cara penyelesaian terbaik dari permasalahan yang belum terselesaikan itu.
-Bimbingan konseling membantu kita untuk dapat memahami dan menerima diri sendiri dan orang lain sehingga akan meningkatkan hubungan yang efektif dengan orang lain serta dapat berdamai dengan diri sendiri.
-Perkembangan personal akan meningkat secara positif karena adanya bimbinga konseling.




Fungsi bimbingan koseling

-Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu konseli agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, konseli diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.
-Fungsi Preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada konseli tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya.
-Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan konseli. Konselor dan personel Sekolah/Madrasah lainnya secara sinergi sebagai teamwork berkolaborasi atau bekerjasama merencanakan dan melaksanakan program bimbingan secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu konseli mencapai tugas-tugas perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat digunakan disini adalah pelayanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat (brain storming),home room, dan karyawisata.
-Fungsi Penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada konseli yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Teknik yang dapat digunakan adalah konseling, dan remedial teaching.
-Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu bekerja sama dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga pendidikan.
-Fungsi Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala Sekolah/Madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan konseli. Dengan menggunakan informasi yang memadai mengenai konseli, pembimbing/konselor dapat membantu para guru dalam memperlakukan konseli secara tepat, baik dalam memilih dan menyusun materi Sekolah/Madrasah, memilih metode dan proses pembelajaran, maupun menyusun bahan pelajaran sesuai dengan kemampuan dan kecepatan konseli.
-Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.
-Fungsi Perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berfikir, berperasaan dan bertindak (berkehendak). Konselor melakukan intervensi (memberikan perlakuan) terhadap konseli supaya memiliki pola berfikir yang sehat, rasional dan memiliki perasaan yang tepat sehingga dapat mengantarkan mereka kepada tindakan atau kehendak yang produktif dan normatif.
-Fungsi Fasilitasi, memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras dan seimbang seluruh aspek dalam diri konseling.
-Fungsi Pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta dalam dirinya. Fungsi ini memfasilitasi konseli agar terhindar dari kondisi-kondisi yang akan menyebabkan penurunan produktivitas diri. Pelaksanaan fungsi ini diwujudkan melalui program-program yang menarik, rekreatif dan fakultatif (pilihan) sesuai dengan minat konseli.



PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra,  tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras,kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan.
Istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa, anak cacat, dan atau Anak Dengan Kedisabilitasan ( ADK ). Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat. Anak berkebutuhan khusus biasanya bersekolah di sekolah luar biasa (SLB) sesuai dengan kekhususannya masing-masing.
a.        SLB bagian A untuk tunanetra.
b.        SLB bagian B untuk tunarungu.
c.         SLB bagian C untuk tunagrahita.
d.        SLB bagian D untuk tunadaksa.
e.         SLB bagian E untuk tunalaras.
f.         SLB bagian G untuk cacat ganda.
Anak berkebutuhan khusus memerlukan pelayanan yang spesifik, berbeda dengan anak pada umumnya karena mengalami hambatan dalam belajar dan perkembangan baik permanen maupun temporer yang disebabkan oleh:
a.         Faktor Lingkungan
b.        Faktor dalam diri Anak Sendiri
c.         Kombinasi Keduanya
Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) menurut para ahli:
Menurut Kanner dalam jamaris bahwa orang yang mengemukakan istilah autisme, anak autis adalah anak yang mengalami outstanding fundamental disorder, sehingga tidak mampu melakukan interaksi dengan lingkungannya. Oleh sebab itu, anak autis bersifat menutup diri dan tidak peduli, serta tidak memperhatikan lingkungannya.
Menurut Heward anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi, atau fisik.
A. Anak Berkebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan ksusus atau disabiliy adalah keterbatasan (ketidakmampuan) personal yang membatasi pelaksanaan fungsi seseorang. Dan handicap adalah kondisi yang dinisbahkan pada orang yang menderita ketidakmampuan, dalam hal seperti anak yang tidak dapat melihat atau buta tiddak seperti anak normal lainnya yang dapat melihat.
B. Gangguan Indra
1. Gangguan penglihatan, gangguan ini terdapat pada anak yang tidak dapat melihat aau buta atau kurangnya penglihatan. Salah satu tuga pengajar untuk mengajar anak yang menderita gangguan atau kerusakan penglihatan adalah menentukan modalitas yang dengannya murid dapan belajar dengan baik. Anak yang lemah penglihatannya sebaiknya duduk di bangku paling depan.
2. Gangguang pendengaran, gangguan ini terdapat pada anak yang tidak bisa mendengar atau tuli. Beberapa bantuan khusus yang dapat kita berikan kepada gangguan pendengaran dengan bantuan kemajuan medis dan teknologi antara lain :
-Pemasangan cochlear (dengan proses pembedahan). Tetapi cara ini banyak komunitas orang tuli yang menentangnya, sebab menganggapnya intrusif dan melukai kultur orang tuli.
-Menempatkan semacam alat di telinga (prosedur pembedahan untuk disfungsi telinga tingkat menengah) dan bukan prosedur yang permanen.
-Sistem hearing aids dan amplifikasi.
-Perangkat telekomunikasi, teletypewriter-telephone, dan RadioMail (menggunakan internet).
C. Gangguan Fisik
1. Gangguan ortopedik, gangguan ini biasanya berupa keterbatasan gerak atau kurang mampu mengontrol gerak karena ada masalah di otot, tulang, atau sendi.
2. Gangguan palsy, gangguan yang berupa lemahnya koordinasi otot, tubuh sangat lemah dan goyah (shaking), atau bicaranya tidak jelas.
3. Gangguan kejang-kejang atau epilepsi, gangguan saraf yang biasanya ditandai dengan serangan terhadap sensorimotor atau kejang-kejang.
D. Gangguan berbicara dan Bahasa
1. Gangguan artikulasi, adalah problema dakam melafalkan suara secara benar dan tepat.
2. Gangguan suara, gangguan dalam menghasilkan ucapan yakni, ucapan yang keras, kencang, terlalu keras, terlalu tinggi, atau terlalu rendah nadanya.
3. Gangguan bahasa, adalah kerusakan signifikan dalam bahasa resptif atau bahasa ekspresif anak.
4. Gangguan kefasihan, gangguan ini biasanya sering disebut dengan “gagap”.
E. Sekolah Berkebutuhan Khusus (SLB)
Pemerintah memberikan pelayanan pendidikan bagi anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus, pendidikan ini disebut dengan sekolah berkebutuhan khusus (SLB). Ada beberapa pembagian kelas pada sekolah berkebutuhan khusus. Untuk kelas A diperuntukkan pada tuna netra, kelas B diperuntukkan pada tuna rungu, kelas C diperuntukkan pada tunagrahita (keterblakangan mental), dan kelas D diperuntukkan pada tuna daksa.
F. Sekolah Inklusi
Sekolah inklusi adalah sekolah yang menyeterakan anak yang normal dengan anak yang memliki kebutuhan khusus yang di tempatkan pada sekolah yang sama. Pemerintah Indonesia sudah mendirikan beberapa sekolah inklusi di tanah air.


pengelolaan kelas

1. Pengertian Pengelolaan Kelas

Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan dan kelas. Pengelolaan berasal dari kata ”kelola”, ditambah awalan “pe” dan akhiran “an”. Istilah lain dari kata pengelolaan adalah “manajemen”. Manajemen adalah kata yang aslinya dari bahasa Inggris, yaitu “management”, yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan. Manajemen atau pengelolaan dalam pengertian umum menurut Suharsimi Arikunto (1990;2) adalah pengadministrasian, pengaturan atau penataan suatu kegiatan. Sedangkan kelas menurut Oemar Hamalik (1987:311) adalah suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama, yang mendapat pengajaran dari guru.

Pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dengan sengaja dilakukan guna mencapai tujuan pengajaran. Kesimpulan sederhananya adalah pengelolaan kelas merupakan kegiatan pengaturan kelas untuk kepentingan pengajaran. Dalam konteks yang demikian itulah kiranya pengelolaan kelas penting untuk diketahui oleh siapapun juga yang menerjunkan dirinya ke dalam dunia pendidikan. Silahkan lihat juga peta konsep  pengelolaan kelas 


Sedangkan menurut Sudirman N, dalam (dkk. 1991; 310), pengelolaan kelas adalah upaya mendayagunakan potensi kelas. Ditambahkan lagi oleh Hadari Nawawi (1989;115), dengan mengatakan bahwa kegiatan manajemen atau pengelolaan kelas dapat diartikan sebagai kemampuan guru atau wali kelas dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian kesempatan yang seluas-luasnya pada setiap personal untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang kreatif dan terarah sehingga waktu dan dana yang tersedia dapat dimanfaatkan secara efisien untuk melakukan kegiatan-kegiatan kelas yang berkaitan dengan kurikulum dan perkembangan murid. Pelajari juga 
perinsip-prinsip dalam  pengeolaan kelas
Garis  besar   ;
Mengapa kelas perlu dikelola secara evektif
Mendesain lingkungan fisik kelas
Menciptakan lingkungan yang positif untuk belajar
Menjadi komunikator yang baik
Menghadapi perilaku bermasalah
Manajemen kelas memiliki 2 tujuan utama yaitu :
1. Membantu murid menghabiskan banyak waktu untuk belajar dan sedikit waktu untuk aktivitas yang tidak mengarah pada tujuan
2. Mencegah murid mengembangkan masalah akademis dan emosional.
Isu Manajemen di Kelas Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah
Pada semua level pendidikan, manajer kelas yang baik mendesain lingkungan fisik kelas untuk pembelajaran yang optimal, menciptakan lingkungan yang positif untuk pembelajaran, membangun dan menegakkan aturan, mengajak murid bekerja sama, mengatasi problem secara efektif, dan menggunakan strategi komunikasi yang baik. Baik di level sekolah dasar maupun menengah, kelas bisa jadi padat, kompleks, dan kacau.
Kelas Padat, Kompleks, dan Berpotensi Kacau
Kelas yang ramai dan kompleks dapat menimbulkan kekacauan dan masalah jika kelas tidak dikelola dengan efektif. Dalam menganilisis lingkungan kelas, Walter Doyle (1986) mendeskripsikan 6 karakteristik yang merefleksikan kompleksitas dan potensi problemnya:

Kelas adalah multidimensional. Kelas adalah setting untuk banyak aktivitas, mulai dari aktivitas akademik seperti membaca, menulis, dan matematika, sampai aktivitas sosial, seperti bermain, berkomunikasi dengan teman, dan berdebat. Guru harus mencatat jadwal dan membuat murid menuruti dengan jadwal.
Aktivitas terjadi secara simultan. Satu klaster murid mungkin ada yang mengerjakan tugas menulis, mendiskusikan suatu cerita bersama guru, mengerjakan tugas yang lain, dan mungkin akan berbicara tentang apa yang akan mereka lakukan setelah kelas dan seterusnya.
Hal-hal terjadi secara cepat. Misalnya, dua murid berdebat tentang kepemilikan sebuah buku catatan; seorang murid mengeluh bahwa murid lain menyontek jawabannya, ada murid yang mendahului giliran, dan lain-lain.
Kejadian sering kali tidak bisa diprediksi. Meskipun membuat rencana dengan hati-hati dan rapi, kemungkinan besar akan muncul kejadian di luar rencana: alarm kebakaran berbunyi, seorang murid sakit, komputer rusak, dan sebagainya.
Hanya ada sedikit privasi. Kelas adalah tempat publik dimana murid melihat bagaimana guru mengatasi masalah, melihat kejadian tak terduga, dan mengalami frustasi. Apa-apa yang terjadi dalam diri satu murid dilihat oleh murid lain, dan murid lain itu membuat atribusi tentang apa yang terjadi.
Kelas punya sejarah. Murid punya kenangan tentang apa yang terjadi di kelas pada waktu dahulu. Masa lalu memengaruhi masa depan, karena itu penting baru untuk mengelola kelas dengan cara yang mendukung ketimbang melemahkan pembelajaran esok hari.

Memulai dengan Benar
Salah satu kunci untuk mengelola kompleksitas adalah mengelola hari-hari pertama dan minggu-minggu awal masa sekolah secara cermat dan hati-hati. Dengan membangum ekspektasi, aturan, dan aktivitas rutin di minggu-minggu awal akan membantu memperlancar kegiatan kelas dan memudahkan pengembangan lingkunagn kelas yang positif.

Gaya Penyusunan Kelas

Dalam gaya berhadap-hadapan, siswa duduk menghadap satu sama lain, gangguan dari siswa lain lebih tinggi dalam susunan inidari pada gaya auditorium.
Dalam gaya off-set, siswa dalam jumlah kecil (biasanya tiga atau empat) duduk disekitar meja, tetapi tidak duduk sembarangan secara langsung dari satu sama lain . Gaya ini menghasilkan lebih sedikit gangguan dari pada gaya berhadap-hadapan dan bias efektif untuk belajar yang kooperatif.
Dalam gaya seminar, siswa dalam jumlah besar(sepuluh atau lebih)duduk dalam susunan sirkuler, segi empat atau berbentuk U . Ini sangat efektif jika menginginkan para siswa untuk berbicara satu sama lain atau berbincang dengan guru.
Dalam gaya kelompok, siswa dalam jumlah kecil(biasanya empat sampai delapan) bekerja dalam kelompok kecil yang berdekatan . Susunan inisangat efektif untuk aktivitas belajar yang kolaboratif.

Penekanan pada Intruksi dan Suasana Kelas yang Positif
Dalam sebuah studi klasik, Jacob Kounin (1970) tertarik untuk menemukan bagaimana guru merespon perilaku murid  yang menyimpang. Manajer yang efektif jauh lebih baik ketimbang manajer yang tidak efektif dalam manajemen aktivitas kelompok.
Murid harus belajar secara aktif dan sibuk mengerjakan tugas yang membuat mereka termotivasi, bukan sekadar duduk diam mendengarkan. Sering kali mereka berinteraksi dengan murid lain dan dengan guru saat mereka mengkonstruksi pengetahuan dan pemahaman mereka.

Tujuan bab ;
Menjelas kan mengapa manajemen kelas itu menantang dan perlu
Mendeskripsikan desain positif  lingkungan fisik kelas
Mendiskusikan cara menciptakan lingkungan kelas yang positif
Mengidentifikasi beberapa pendekatan yang baik bagi murid maupun guru

Merumuskan beberapa pendekatan efektif yang dapat di gunakan guru untuk mengatasi perilaku yang bermasalah  

Minggu, 09 April 2017

MOTIVASI

MOTIVASI

Motivasi adalah proses yang memberikan semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama. 

motivasi

• Dalam pengajaran, motivasi aspek yang sangat penting,
   komponen utama dari prinsip psikologi learned center.
• proses pemberi semangat, arah dan kegigihan perilaku
• Perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energy,
   terarah dan tahan lama
• Ceritakan kisah anda yang menunjukkan motivasi tinggi


Contoh kisah motivasi adalah  Genius Albert Einstein, mulai bercakap pada waktu umurnya 4 tahun! 
Siapa yang belum tahu Albert Einstein? Dialah 
Ilmuwan terkenal abad 20 yang terkenal dengan teori relativitasnya. Dia juga salah satu peraih Nobel. Siapa sangka dia adalah seorang anak yang terlambat berbicara dan juga mengidap Autisme. Waktu kecil dia juga suka lalai dengan pelajaran. 
Motivasi murid dikelas berkaitan dengan alasan di balik perilaku murid dan sejauh mana perilaku mereka diberi semangat, punya arah  dan dipertahankan dalam jangka lama. Jika murid tidak menyelesaikan tugas karena bosan, maka dia kekurangan motivasi.

PERSPEKTIF MOTIVASI
Perspektif motivasi terbagi atas empat bagian diantaranya ialah

•Behavioral
•humanistik
•kognitif
•sosial

  • Perspektif Behavioral
Perspektif Behavioral menekankan imbalan dan hukuman eksternal sebagai kunci dalam menentukan motivasi murid. Motivasi murid sebagai konsekuensi dari intensif eksternal. Intensif adalah peristiwa atau stimuli positif atau negatif yang dapat memotivasi perilaku murid. Intensif dapat menambah minat atau kesenangan pada pelajaran dan mengarahkan perhatian pada perilaku yang tepat dan dapat menjauhkan dari perilaku tidak tepat. Bentuk Intensif yang di berikan guru berupa nilai yang baik, tanda bintang, pujian atau penghargaan 

  • Perspektif Humanistik
Perspektif humanistis menekankan pada kapasitas murid untuk mengembangkan kepribadian, kebebasan untuk memilih nasib mereka, dan kualitas positif ( contohnya peka terhadap orang lain). Perspektif ini berkaitan dengan padangan Abraham Maslow, Hirarki Kebutuhan, yang terdiri dari: 
  • Fisiologis (kebutuhan fisik) : lapar, haus, tidur
  • Keamanan (safety) : bertahan hidup, seperti perlindungan dari perang dan kejahatan
  • Cinta dan rasa memiliki : Keamanan (security), kasih sayang, dan pertahanan dari orang lain
  • Harga diri : menghadapi diri sendiri
  • Aktualisasi diri : realisasi potensi diri

  • Perspektif Kognitif
Menurut perspektif kognitif, pemikiran murid akan memandu motivasi mereka. Minat ini berfokus pada ide-ide seperti motivasi internal murid untuk mencapai sesuatu, atribut mereka (persepsi tentang sebab-sebab kesuksesan dan kegagalan, terutama persepsi bahwa usaha adalah faktor penting dalam prestasi), dan keyakinan mereka bahwa mereka dapat mengontrol lingkungan mereka secara efektif. Perspektif kognitif juga menekankan arti penting dari penentuan tujuan, perencanaan, dan monitoring kemajuan menuju suatu tujuan.
Perspektif kognitif bertentangan dengan perspektif behaviorisme, berpendapat bahwa tekanan eksternal tidak perlu dilebih-lebihkan. Murid meraih prestasi tinggi bukan karena kebutuhan biologis tetapi karena mempunyai motivasi internal untuk berinteraksi dengan lingkungan secara efektif
Perspektif kognitif tentang motivasi sesuai dengan gagasan R.W White (1959), yang mengusulkan konsep motivasi kompetensi, yakni ide bahwa orang termotivasi untuk menghadapi lingkungan merka secara efektif, menguasai dunia merekadan memproses informasi secara efektif.

  • Perspektif Sosial

Kebutuhan afiliasi atas keterhubungan adalah motif untuk berhubungan dengan orang lain secara aman. Ini membutuhkan pembentukkan, pemulihan hubungan personal yang hangat dan akrab. 
Kebutuhan afilasi murid tercermin dalam motivasi mereka untuk menghabiskan waktu bersama teman, ketertarikan dengan orang tua, dan keinginan untuk menjalin hubungan positif dengan guru. Murid yang mempunyai hubungan yang penuh perhatian dan supportif biasanya memiliki sikap akademik yang positif dan lebih senang bersekolah.


Salah satu faktor terpenting dalam motivasi dan prestasi murid adalah persepsi mereka mengenai apakah hubungan mereka dengan guru bersifat positif atau tidak 

Laporan Observasi “TK DHARMA WANITA PERSATUAN USU”

Laporan Observasi
TK DHARMA WANITA PERSATUAN USU


Oleh;
Kelompok 8

Muhammad Nugraha Zati 161301082
Yustika Rahma Hasibuan (161301092)
Nabila Khairul Husna (161301118)
Chairunissa Syafwinia N (161301125)
Eunike Silitonga (161301136)
Felix Wijaya (161301141)
Shawaliyah Catur Wardhani (161301142)



 BAB I
Pendahuluan
A)    LATAR BELAKANG
            Pendidikan di TK adalah fondasi untuk meyiapkan anak agar siap belajar formal di tingkat selanjutnya. anak tidak hanya dipersiapkan kecerdasannya, tetapi juga kematangan emosi serta kemampuan sosial anak. di TK, anak diharapkan sudah bisa mandiri dan bersedia menerima otoritas orang lain.
            Dewasa ini, hampir di seluruh dunia anak anak usia dini yang belum siap untuk memasuki sekolah dasar normalnya akan memasuki yayasan-yayasan pendidikan untuk anak usia dini seperti PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) atau TK (Taman Kanak kanak). Khususnya di Indonesia, sudah hampir seluruh provinsi dan kota memiliki Paud dan TK tanpa melihat baik atau tidaknya standar dari masing masing PAUD dan TK tersebut. Namun belakangan, PAUD dan TK yang ada di kota kota besar mulai memperbaiki kualitas yayasan mereka bahkan sudah saling bersaing dalam menjalankan yayasan masing masingnya. kualitas dari pembelajaran, pemenuhan materi dan kebutuhan anak anak di yayasan menjadi perhatian penting untuk tiap tiap yayasan,
            saat ini tidak sedikit ditemukan Taman Kanak-Kanak (TK) yang salah kaprah dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. anak-anak dijejali dengan pelajaran-pelajaran yang sifatnya akademis. telah banyak TK yang memaksa anak untuk bisa aca tulis dan berhitung (calistung) demi kebutuhan SD terhadap calon murid.
            setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda. anak yang memang tergolong cerdas dan cepat menyerap pelajaran mungkin tidak mengalami kesulitan. tetapi, tidak sedikit pula anak yang belum benar-benar siap untuk sekedar pegang pensil dan mengukir huruf-huruf di atas kertas.
            kunci dari pendidikan di TK adalah untuk menyiapkan keseimbangan yang sehat antara memberikan ruang dan kesempatan yang cukup bagi anak untuk berkreativitas, termasuk membangun inisiatif dalam melakukan suatu kegiatan, serta belajar kecakapan sosial dan mematangkan emosi melalui permainan dalam kelompok. yang menjadi fokus penelitan ini adalah mengetahui bagaimana manajemen kelas yang ada pada pendidikan prasekolah?
Maka dari itu, kami kelompok 7 melakukan observasi untuk memantau managemen kelas terhadap anak-anak pra sekolah di TK Dharma wanita Persatuan USU


TUJUAN
Tujuan Observasi ini adalah untuk:
1.      Mengetahui Manajemn kelas pada untuk proses belajar mengajar di TK Dharma Wanita USU.
2.       
B) LANDASAN TEORI
1) Anak Prasekolah

            Anak pada masa prasekolah memilki ciri-ciri tertentu. Kartono (1986) mengungkapkan ciri khas anak prasekolah sebagai berikut:

   Bersifat Egosentris naif
Anak memandang dunia luar dari pandangannya sendiri, sesuai dari pengetahuan dan pemahamannya sendiri, serta di batasi oleh perasaan dan pikirannya yang masih sempit. Ia mengganggap bahwa pribadinya adalah satu dan terpadu erat dengan lingkungannya

   Relasi sosial yang primitif
Ciri ini merupakan akibat dari sifat egosentris yang naif dengan ditandai oleh kehidupan anak yang belum dapat memisahkan antara keadaan dirinya dengan keadaan lingkungan sosial sekitarnya. Dengan kata lain, anak membangun dunianya dengan khayalan dan keinginannya sendiri

   Kesatuan jasmani dan rohani yang hampir tidak terpisahkan
Anak belum dapat membedakan kondisi jasmani dan rohani. Isi jasmani dan rohani anak masih merupakan kesatuan yang utuh. Penghayatan anak terhadap sesuatu diekspreikan secara bebas, spontan dan jujur baik dalam mimik, tingkat laku, maupun bahasanya dan anak tidak dapat berbohong atau bertingkah laku pura-pura

   Sikap hidup yang fisiogonimis
Anak bersifat fisiogonomis terhadap dunianya, artinya secara langsung anak memberikan sifat konkrit atau sifat lahiriah, nyata terdapat apa yang di hayatinya. Kondisi ini disebabkan karena pemahaman anak masih bersifat menyatu dan totaliter antara jasmani dan rohani


Menurut Biechler dan Snowman (1953) anak usia 3-6 tahun masuk pada mas prasekolah. Snowman (1993) mengemukkan ciri-ciri anak prasekolah sebgaai berikut:

Ciri Kognitif:  Anak prasekolah umumnya terampil dalam berbahasa. Sebagian dari mereka senang berbicara. Kompetensi anak perlu dikembangkan melalui interaksi, minat, kesempatan, mengagumi, dan kasih sayang

Ciri Sosial:  Umumnya, anak pada tahapan ini memiliki satu atau dua sahabat tetapi sahabat ini cepat berganti, mereka umumnya dapat cepat menyesuaikan diri secara sosial. Anak lebih mudah bermain bersebelahan dengan anak yang lebih besar.

Ciri Emosional : Anak TK cenderung mengekpresikan emosinya dengan bebas dan terbuka. Sikap marah sering diperlihatkan oleh anak dengan usia tersebut. Iri hati sering terjadi, mereka seringkali memperebutkan perhatian guru.

2) Manfaat Pendidikan Prasekolah pada Anak

1.      membantu pembentukan struktur otak anak
2.      saat anak berusia 5 tahun tingkat pertumbuhan otak mencapai 90 persen. sehingga besar sekali pengaruhnya untuk masa depannya jika pendidikan yang diberikan salah.
3.      memiliki pencapaian akademis lebih baik
4.      dengan memberikan anak pendidikan prasekolah maka rasa ingin tahunya akan terpenuhi. sehingga membuahkan hasil yang positif bagi akademisnya.
5.      sebagai tambahan aktivitas harian anak yang lebih berstruktur
6.      di sekolah, anak akan mendapatkan permainan yang berbeda dari permainan yang dia dapatkan dirumah. dalam dunia prasekolah, olahraga juga disertakan untuk aktivitas anak
     3) Definisi Pengelolaan Kelas

Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan dan kelas. Pengelolaan itu sendiri akar katanya adalah “kelola”, ditambah awalan “pe” dan akhiran “an”. Istilah lain dari pengelolaan adalah “manajemen”. Manajemen adalah kata yang aslinya dari bahasa Inggris, yaitu management yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan. 
Pengelolaan adalah proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijakan dan pencapaian tujuan. Pengelolaan dalam pengertian umum adalah pengadministrasian pengaturan atau penataan suatu kegiatan.
Adapun kelas adalah suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama yang mendapat pengajaran dari guru” atau ruangan belajar dan atau rombongan belajar.

4) Tujuan Pengelolaan Kelas
Ada beberapa hal yang menjadi tujuan pengelolaan kelas, yaitu sebagai berikut :
1. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.
2. Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi belajar mengajar.
3. Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual siswa dalam kelas.
4. Membina dan membimbing sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya serta sifat-sifat individunya.
5). Prinsip-prinsip Pengelolaan Kelas
Secara umum faktor yang mempengaruhi pengelolaan kelas dibagi menjadi dua golongan yaitu, faktor intern dan faktor ekstern siswa.
Faktor intern siswa berhubungan dengan masalah emosi, pikiran, dan perilaku. Kepribadian siswa dengan ciri-ciri khasnya masing-masing menyebabkan siswa berbeda dari siswa lainnya sacara individual. Perbedaan secara individual ini dilihat dari segi aspek yaitu perbedaan biologis, intelektual, dan psikologis.
Faktor ekstern siswa terkait dengan masalah suasana lingkungan belajar, penempatan siswa, pengelompokan siswa, jumlah siswa, dan sebagainya. Masalah jumlah siswa di kelas akan mewarnai dinamika kelas. Semakin banyak jumlah siswa di kelas, misalnya dua puluh orang ke atas akan cenderung lebih mudah terjadi konflik. Sebaliknya semakin sedikit jumlah siswa di kelas cenderung lebih kecil terjadi konflik.[5]
Djamarah menyebutkan “Dalam rangka memperkecil masalah gangguan dalam pengelolaan kelas dapat dipergunakan.” Prinsip-prinsip pengelolaan kelas sebagai berikut :
a. Hangat dan Antusias
Hangat dan Antusias diperlukan dalam proses belajar mengajar. Guru yang hangat dan akrab pada anak didik selalu menunjukkan antusias pada tugasnya atau pada aktifitasnya akan berhasil dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas.
b. Tantangan
Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja, atau bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan gairah siswa untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang
c. Bervariasi
Penggunaan alat atau media, gaya mengajar guru, pola interaksi antara guru dan anak didik akan mengurangi munculnya gangguan, meningkatkan perhatian siswa. Kevariasian ini merupakan kunci untuk tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan menghindari kejenuhan.
d. Keluwesan
Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan siswa serta menciptakan iklim belajar mengajar yang efektif. Keluwesan pengajaran dapat mencegah munculnya gangguan seperti keributan siswa, tidak ada perhatian, tidak mengerjakan tugas dan sebagainya.
e. Penekanan pada hal-hal yang Positif
Pada dasarnya dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan pada hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian pada hal-hal yang negative. Penekanan pada hal-hal yang positif yaitu penekanan yang dilakukan guru terhadap tingkah laku siswa yang positif daripada mengomeli tingkah laku yang negatif. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan pemberian penguatan yang positif dan kesadaran guru untuk menghindari kesalahan yang dapat mengganggu jalannya proses belajar mengajar
f. Penanaman Disiplin Diri
Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah anak didik dapat mengembangkan dislipin diri sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi teladan mengendalikan diri dan pelaksanaan tanggung jawab. Jadi, guru harus disiplin dalam segala hal bila ingin anak didiknya ikut berdisiplin dalam segala hal.[6]
6). Komponen-komponen Keterampilan Pengelolaan Kelas
Komponen-komponen keterampilan pengelolaan kelas ini pada umumnya dibagi menjadi dua bagian, yaitu keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat preventif) dan ketrampilan yang berhubungan dengan pengembangan kondisi belajar yang optimal.
Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal terdiri dari keterampilan sikap tanggap, membagi perhatian, pemusatan perhatian kelompok. Ketrampilan suka tanggap ini dapat dilakukan dengan cara memandang secara seksama, gerakan mendekat, memberi pertanyaan, dan memberi reaksi terhadap gangguan dan ketakacuhan. Yang termasuk ke dalam keterampilan memberi perhatian adalah visual dan verbal. Tetapi memberi tanda, penghentian jawaban, pengarahan dan petunjuk yang jelas, penghentian penguatan, kelancaran dan percepatan, merupakan sub bagian dari keterampilan pemusatan perhatian kelompok.
Masalah modifikasi tingkah laku, pendekatan pemecahan masalah kelompok, dan menemukan serta memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah, adalah tiga buah strategi yang termasuk ke dalam ruang lingkup keterampilan yang berhubungan dengan pengembangan kondisi belajar yang optimal.

7) Pengelolan Pembelajaran di Taman Kanak-Kanak
Ada tiga point inti dalam pembelajaran di Taman kanak-kanak, yaitu Pengaturan Ruangan/Kelas, Pengorganisasian anak didik, Pengaturan alat dan sumber belajar, penjelasannya sebagai berikut :


1.    Pengaturan Ruangan/Kelas
Ruangan/kelas diatur sedemikian rupa, sehingga kegiatan pembelajaran dapat terlaksana seefisien mungkin. Dalam pengaturan ruangan/kelas ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
a.    Susunan meja-kursi anak bersifat fleksibel dan dapat berubah-ubah.
b.    Pada waktu mengikuti kegiatan, anak tidak selalu duduk di kursi, tetapi dapat juga duduk di tikar/karpet.
c.    Penyediaan alat bermain/sumber belajar harus disesuaikan dengan kegiatan yang akan dilaksanakan.
d.    Pengelompokkan meja disesuaikan dengan kebutuhan sehingga cukup ruang gerak bagi anak didik.
Catatan Penting :
a.    Dinding dapat digunakan untuk menempelkan hasil pekerjaan anak.  Pekerjaan anak ditempel di dinding dan dilaksanakan secara bergantian sehingga tidak membosankan dan tidak mengganggu perhatian anak.
b.    Peletakan dan penyimpanan alat bermain/sumber belajar diatur sedemikian rupa sesuai dengan fungsinya, sehingga memudahkan anak untuk menggunakan dan mengembalikan pada tempatnya setelah selesai digunakan.
c.    Penataan ruang kelas, penataan perabotan, asesoris di dinding dan berbagai bahan pajangan hendaknya diubah-ubah secara periodik agar selalu tercipta suasana kelas yang baru dan tidak membosankan.

BAB II : SISTEMATIKA PELKASANAAN DAN ANALISA DATA OBSERVASI
A.     SISTEMATIKA PELAKSANAAN OBSERVASI
29 Maret 2017 : Diskusi Kelompok
                        30 Maret 2017 : Observasi
                        4 Mei 2017      : Pengolahan Data
                        6 Maret 2017   : Diskusi Kelompok
B.        ANALISA DATA
            Data diperoleh melalui kegiatan observasi langsung di lembaga sekolah yang telah telah ditentukan.
C.        Sampel Penelitian dan Lokasi Pengambilan Data
            Sampel: Siswa dan guru kelas di TK DHARMA WANITA PERSATUAN USU
            Tempat: TK Dharma Wanita Persatuan USU. Jln. Universitas NO 32, Kampus USU- Medan


BAB III : LAPORAN DAN EVALUASI DATA
A.     LAPORAN
1.      Jadwal Observasi (Kamis, 30 Maret 2017)
08.00               : Bel berbunyi dan berbaris
08.00 08.15  : Kegiatan awal yaitu salam dan doa
08.15 09.45  : Memulai pelajaran inti
09.45 10.00 : Makan disertai doa dan cuci tangan sebelum makan.
10.00 10.15  : Istrihat yaitu main di luar kelas
10.15 10.45  : Kegiatan akhir yaitu diskusi, doa dan diakhiri dengan salam
10.45               : Pulang

2.      Sitematika Observasi

         Kelompok tiba di TK Dharma Wanita Persatuan USU pada pukul 08.15, anak-anak sudah berada di dalam kelas dan menyambut kedatangan kami di sela sela pembelajaran yang sudah dimulai. Kelompok masuk pada kelas TK 0 besar. Namun di karenakan banyak murid yang tidak hadir karena faktor cuaca, anak anak dari dua kelas di gabungkan di kelas yang sama. Pada TK Dharma Wanita Persatuan USU terdapat 3 pembagian kelas, yaitu : (1) kelas 0 kecil umur 3 tahun; (2) kelas 0 besar umur 5-6 tahun; dan (3) kelas 0 besar umur 5-6 tahun. Dan hari itu, kedua kelas 0 besar di satukan sehingga kami bisa langsung berinteraksi dengan anak anak dari dua kelas sekaligus.

                      

Jumlah normal dari kelas tiap kelas adalah 15 orang, namun karena kelas di gabung, siswa  yang hadir pada Kamis, 30 Maret 2017 mencapai 20 lebih. Guru kelas adalah Ibu Ani, Ibu ani sendiri sudah mengajar di TK ini selama kurang lebih 14 tahun lamanya. Sosok ibu Ani adalah ibu yang tegas namun sangat dekat dengan anak anak. Dia akan berinteraksi langsung satu persatu secara bergantian dengan para murid untuk memeriksa hasil kerja mereka pada tugas tugas yang di berikan.
 Meja di kelas tersebut ada 6, masing masing di isi 5-6 orang dimana anak perempuan dan laki lakinya di dudukkan secara acak. Keadaan ini membuat anak anak lebih mudah berinteraksi satu sama lain, walaupun ini juga menambah resiko karena mempermudah anak anak untuk bermain atau menganggu sesama temannya.
         Pada saat kami datang, anak-anak sudah memulai sesi belajar dengan mengerjakan latihan pada buku mereka, Latihan yang mereka kerjakan di mulai dari Hitungan, memilah Kata perkata, sampai mewarnai. Namun untuk di awal, semua secara serentak mengerjakan hitungan yang 1-10.
         Dari yang kami lihat, buku yang di gunakan penuh dengan warna dan menggunakan banyak gambar serta huruf huruf yang besar. kebanyakan dari mereka juga sudah mahir menggunakan alat tulis, cara memegang pensil, cara menulis, cara melingkari atau menceklis, dan cara mereka mewarnai rata rata sudah cukup baik mengingat umur mereka masih dibawah 6 tahun.
         Pengenalan huruf dan angka dari anak anak juga sudah cukup baik. dari 5 orang yang kami tanya, hampir semua sudah dapat menghitung dari 1-100. Mereka bisa menyebutkan huruf abjad A-Z. bahkan, sebagian dari mereka juga sudah dapat menyebutkan angka dengan bahasa inggris 1-20.

         Setiap anak yang sudah menyelesaikan tugasnya akan langsung menghampiri Guru untuk memeriksakan hasil pekerjaan mereka. mereka memeriksakan hasilnya dengan cara bergantian, ada aturan kelas dimana tidak boleh mengerumuni guru atau mengganggu guru yang sedang memeriksa tugas yang lain. Hasil tugas yang selesai dan baik akan di paraf dan di beri stiker. Kemudian Tugas akan di lanjutkan kelembaran berikutnya, dimana tugasnya akan berbeda. saat itu, tugas pertama adalah hitungan, tugas kedua adalah melingkari kata per kata.
         Untuk anak anak yang sudah menyelesaikan tugas satu dan dua akan di lanjutkkan dengan tugas mewarnai. Dimana anak anak sudah di bekali alat mewarnai khususnya crayon dan Cat kayu, yang sebelumnya di simpan di loker masing masing,
         Untuk mewarnai, ada beberapa anak yang memang telah mengenali warna dan namanya. Namun ada pula yang hanya mencocokkan warna cat yang dia miliki dengan contoh warna yang tersedia.
         Setelah selesai mewarnai anak anak di perbolehkan bermain dengan bebas di dalam kelas. mereka di perbolehkan memainkan mainan yang tersedia di dalam kelas. mainan mainan yang ada di dalam kelas juga dapat di kategorikan mainan yang mendidik, seperti balok, dan sebegainya yang pada dasarnya memang memiliki nilai mendidik setiap kita memainkkannya.
         Toleransi di kelas juga cukup baik, di saat hampir 80% anak anak di kelas sudah bermain, anak anak yang masih belum bisa menyelesaikan tugas mewarnainya di perbolehkan untuk menyudahi tugasnya dan ikut bermain. Tidak ada paksaan atau ketegasan yang berlebihan, namun anak anak di beri pengertian bahwa mereka harus menyelesaikan tugasnya mewarnainya di hari berikutnya.
         Pukul 09.45 sesi pelajaran inti selesai. Semua anak yang memainkan mainan di haruskan untuk merapihkan kembali mainannya. Peraturan di kelas, siapa yang tidak menyentuh atau tidak memainkan mainan tidak perlu merapihkan mainan yang berserak. Sedangkan yang bermain di haruskan merapihkan semuanya bersama sama sebelum kembali duduk rapi.
          Kemudian akan dilanjutkan dengan makan siang bersama yang disertai dengan doa dan cuci tangan sebelum makan, cuci tangan di lakukan di kamar mandi yang ada di sebelah ruangan. Anak anak akan mencuci tangannya secara berurutan dan bergantian.
         Sesuai dengan kepetusan kelompok, observasi pembelajaran anak anak kami sudahi sebelum anak anak makan. Sehingga sebelum mereka benar benar makan, kami mendapatkan sedikit waktu untuk berinteraksi langsung dengan anak anak,
         Interaksi kami di mulai dengan perekanalan semua anggota kelompok di depan kelas. Masing masing dari kami memperkenalkan nama yang saat itu, kami tegaskan harus di ingat oleh anak anak tersbut. Namun hasilnya, hanya beberapa anak yang benar benar mengingat, mungkin karena faktor nama yang terlalu sulit atau panjang.
         Kemudian, dengan berbekalkan Permen (disini permen yang kami gunakan adalah permen yang mengandung susu yang tidak bermasalah jika di konsumsi oleh anak anak), kami memberikan instruksi bahwa semua anak anak harus duduk rapi dan tersenyum lebar agar kami beri hadiah. Dan dengan antusias anak anak itu langsung menurut, bahkan mereka memiliki cara tersendiri untuk duduk rapi, dimana Ibu Ani selaku guru akan berteriak Mana Rapimu?! maka anak anak akan menjawab Ini Rapiku?! dengan sikap duduk yang rapi dan kedua tangan dilipat di atas meja.
         Setelah semuanya benar benar telah duduk rapi dan tersneyum manis kepada anggota kelompok, kami semua langsung membagikan permen permennya. Namun permen langsung di simpan karena mereka harus makan nasi lebih dulu.
         Mengingat waktu makan siang sudah sampai pada waktunya, kelompok akhirnya menutup perjumpaan hari itu dengan mengucapkan terima kasih kepada semua anak anak dan ibu guru.  Sebelum menutup observasi anak-anak menyanyikan sebuah lagu berjudul Guruku Tersayang dengan serentak. Kemudian ada beberapa murid yang juga menunjukkan kemampuan mereka seperti bernyanyi dan bercerita.
         Untuk Informasi, ada cukup banyak anak yang berprestasi di kelas itu, di mulai dari juara bercerita, sampai juara membaca ayat ayat pendek. Juaranya juga beragam, ada yang juara satu, dua dan tiga bahkan favorit untuk tingkat kota.
         Setelah semua menunjukkan bakatnya, kami juga sempat berfoto bersama dengan seluruh anak anak di kelas. setelah berfoto barulah kami keluar kelas, tepatnya pukul 10.15.

B.     EVALUASI
Aspek-aspek perkembangan yang ingin dicapai pada TK Dharma Persatuan Wanita USU meliputi:
1.      Bidang Pembentukan Perilaku
a.       Moral dan nilai-nilai agama
Meningkatkan ketaqwaan anak terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dan membina sikap anak dalam meletakkan dasar agama, agar anak menjadi warga negara yang baik.
b.      Sosial, emosional, dan kemandirian
Membina anak agar dapat mengendalikan emosinya secra wajar dan dapat berinteraksi dengan sesamanya maupun dengan orang dewasa dengan baik, serta dapat menolong dirinya sendiri dalam rangka kecakapan hidup.
2.      Bidang Pengengambangan Kemampuan Dasar
a.       Berbahasa
Agar anak mampu mengungkapkan pikiran melaui bahasa yang sederhana secara tepat, mampu berkomunikasi secara efektif dan membangkitkan minat, untuk dapat berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.
b.      Kognitif
Mengembangkan kemampuan berpikir anak untuk dapat mengolah perolehan belajarnya, dapat menemukan bermacam-macam alternatif pemecahan masalah, membantu ana untuk mengembangkan kemampuan logika matematis dan pengetahuan akan ruang dan waktu, serta mempunyai kemampuan untuk milah-milah, mengelompokkan serta mempersiapkan kemampuan berpikir secara telii.
c.                   Fisik
Memperkenalkan dan melatih gerakan kasar dan halus, meningkatkan kemampuan mengelola, mengontrol gerakan tubuh dan koordinasi serta meningkatkan keterampilan tubuh dan cara hidup sehat. Sehingga dapat menunjang pertumbuhan jasmani yang kuat, sehat, dan terampil.
C.     TESTIMONI
   Muhammad Nugraha Zati (16-082)
Tugas observasi ini menurut saya sangat bagus, karena dengan tugas ini kita dapat berkomunikasi dengan anak TK dimana nantinya itu sangat berguna kedepannya, dan saya mendapat pengetahuan tentang manajemen kelas pada anak TK
   Yustika Rahma Hasibuan (16-092)
Menurut saya tugas observasi manajemen kelas pada anak TK ini sangat menarik dan menyenangkan, karena disini saya akan mendapatkan pengalaman dan pengetahuan dalam manajemen kelas pada anak TK. Kemudian mengetahui aspek-aspek yang ingin dicapai pada anak TK.
   Nabila Khairul Husna  (16-118)
Semester kedua ini adalah pertama kali bertemu mata kuliah Pendidikan, sejauh ini apa yang kami pelajari sebenarnya sudah lama ada di sekitar kita bahkan sering kita peraktekkan secara langsung. Namun, disini kita melihat semuanya dari sisi yang berbeda, sisi yang sesungguhnya dari hal hal yang biasa kita laksanakan tanpa tau sebenarnya apa sih yang kita lakukan. Contohnya seperti ‘Belajar’ dan ‘Motivasi’. Keduanya adalah hal hal yang sangat familiar untuk semua orang, namun disinilah kita baru mengerti apa sebenarnya pengertian Belajar, apa sebenarnya yang di maksud dengan Motivasi. Selain belajar di kelas, tugas Observasi juga menjadi tantangan baru untuk kami yang belum setahun menjajaki bangku perkuliahan. Berinteraksi langsung dengan objek observasi kami di luar kampus, khususnya untuk kami adalah anak anak TK. Mendalami dan mempelajari bagaimana anak anak TK itu melalui hari sekolahnya adalah hal yang memberikan banyak pengetahuan, sekalipun dulunya kami juga pernah melalui masa itu, namun melihat kembali proses belajar mengajar di TK dengan usia yang sudah beranjak dewasa adalah suatu hal yang istimewa.
   Chairunissa Syafwinia N (16-125)
Menurut saya, tugas observasi untuk mata kuliah Psikologi Pendidikan ini benar-benar dapat membantu skill berkomukasi saya dengan anak-anak TK, yang tentunya sayang diperlukan jika akan menjadi seorang psikolog nantinya.Dengan tugas ini, pengetahuan tentang manajemen kelas dan situasi kelas anak TK pun semakin bertambah. TK yang saya kunjungunadalah TK dharma wanita USU dan TK ini memiliki anak-anak yang luar biasa aktif dan periang. Sebelum kelompok kami masuk kelas, anak-anak sudah menunggu kami di depan jendela dan menyambut kami dengan sangat antusias. Di dalam kelas anak-anak di ajar mewarnai dan berhitung dari buku di diberi oleh guru mereka. Anak-anak tersebut begitu semangat mengerjakan tugas. Pengalaman mengobservasi ini benar-benar menyenangkan dan bermanfaat. Melihat anak-anak antusias menyambut kami benar bener merupakan kesenangan sendiri
   Eunike Silitonga  (16-136)
Dalam mata kuliah Psikologi Pendidikan, kami juga mendapat tugas Observasi. Bagi saya ini sangat bermanfaat, karna materi-materi yang kami dapatkan selama perkuliahan dapat kami aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Terutama, bagi kelompok saya yang mendapat kesempatan untuk melakukan observasi di Taman Kanak-Kanak (TK), disini kami bisa melihat bagaimana perkembangan seorang anak, bagaiman metode pembelajarna yang baik kepada mereka, dan melihat bagaimana mereka beraktifitas. Sehingga kami bisa mengeksplorasi atau mengaplikasikan ilmu yang sudah kami terima didalam kehidupan kami berinteraksi dan bersosialisasi kepada orang lain.
   Felix Wijaya  (16-141)
Bagi saya tugas observasi pendidikan ini sangat menyenangkan karena kita langsung turun ke lapangan. Selain menyenangkan, observasi ini juga sangat bermanfaat dan menambah pengalaman kami juga. Saya dan kelompok melakukan observasi di TK Dharma Wanita Persatuan USU pada tanggal 30 Maret 2017. Kami disambut dan diterima dengan hangat oleh kepala sekolah , guru, dan tentunya oleh adik-adik kecil yang lucu. Proses belajar mengajar juga sangat menyenangkan. Adik-adik tersebut sangat bersemangat dalam menyelesaikan latihan soal mereka. Setelah menyelesaikan latihan soal mereka, adik-adik tersebut bisa bermain-main.
   Shawaliyah Catur Wardhani  (16-142)

Menurut saya, tugas observasi ini dapat memberikan pengetahuan tentang manajemen  kelas yang baik dan benar, terutama pada tingkat pendidikan prasekolah, Dan pada observasi ini juga saya dapat belajar bagaimana cara mengobservasi, karena saya merasa kemampuan mengobservasi saya masih belum masksimal.